Tempat berkumpul para penunggang kebo ( BYSON ) untuk area pati yang beralamatkan di Pentol Godi :
>> Jalan Dr Susanto No 106
>> Pati Kota, Jawa Tengah
Byonic PATI
Jumat, 25 Januari 2013
Sabtu, 21 Juli 2012
Seputar Tentang Kota PATI
Sejarah Kota Pati
Sejarah Kabupaten Pati berpangkal tolak dari
beberapa gambar yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Pati yang
sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu Gambar yang
berupa: “KERIS RAMBUT PINUTUNG DAN KULUK KANIRAGA”.
Menurut cerita rakyat dari mulut ke mulut yang
terdapat juga pada kitab Babat Pati dan kitab
Babat lainnya dua pusaka yaitu “KERIS RAMBUT PINUTUNG DAN KULUK KANIRAGA”
merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga merupakan simbul kesatuan dan
persatuan.
Barangsiapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan
mampu menguasai dan berkuasa memerintah di Pulau Jawa. Adapun yang memiliki dua
pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.
Kevakuman
Pemerintahan di Pulau Jawa
Menjelang akhir abad ke XIII sekitar tahun 1292 Masehi
di Pulau Jawa vakum penguasa pemerintahan yang berwibawa. Kerajaan Pajajaran mulai runtuh, Kerajaan
Singasari surut, sedang Kerajaan
Majapahit belum berdiri.
Di Pantai utara Pulau Jawa Tengah sekitar Gunung Muria bagian Timur muncul penguasa lokal yang mengangkat dirinya sebagai adipati, wilayah kekuasaannya disebut kadipaten.
Ada dua penguasa lokal di wilayah itu yaitu :
1. Penguasa Kadipaten Paranggaruda, Adipatinya bernama Yudhapati, wilayah
kekuasaannya meliputi sungai Juwana ke selatan, sampai pegunungan Gamping Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Grobogan. Mempunyai putra bernama Raden Jasari.
2. Penguasa Kadipaten Carangsoka, Adipatinya bernama: Puspa Andungjaya, wilayah kekuasaannya meliputi utara sungai Juwana sampai pantai Utara Jawa Tengah bagian timur. Adipati Carangsoka mempunyai seorang putri bernama Rara Rayungwulan
Kadipaten
Carangsoka dan Paranggaruda Berbesanan
Kedua Kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati dan saling menghargai
untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan, Kedua adipati
tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra dan putrinya itu. Utusan Adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, namun calon mempelai putri minta bebana agar pada saat
pahargyan boja wiwaha daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan
dalang kondang yang bernama “Sapanyana”.
Untuk memenuhi bebana itu, Adipati Paranggaruda menugaskan penggede kemaguhan bernama YuyurumpungKadipaten Carangsoka dengan cara menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. Dengan
bantuan uSondong Majerukn kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum dua
pusaka itu diserahkan kepada Yuyurumpung, dapat direbut kembali oleh Sondong
Makerti dari Wedari. Bahkan Sondong Majeruk tewas dalam perkelahian dengan
Sondong Makerti. Dan Pusaka itu diserahkan kembali kepada Raden Sukmayana. Usaha Yuyurumpung untuk menguasai dan memiliki dua pusaka itu gagal.
agul-agul Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugasnya, lebih dulu Yuyurumpung
berniat melumpuhkan kewibawaan.
Walaupun demikian Yuyurumpung tetap
melanjutkan tugasnya untuk mencari Dalang Sapanyana agar perkawinan putra Adipati Paranggaruda tidak mangalami kegagalan (berhasil dengan baik).
Pada Malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi) perkawinaan
dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran Wayang Kulit
oleh Ki Dalang Sapanyana. Di luar dugaan pahargyan baru saja dimulai, tiba-tiba
mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan menuju ke panggung dan seterusnya
melarikan diri bersama Dalang Sapanyana. Pahargyan perkawinan antara ” Raden
Jasari ” dan ” Rara Rayungwulan ” gagal total.
Adipati Yudhapati merasa dipermalukan, emosi tak dapat dikendalikan lagi. Sekaligus
menyatakan permusuhan terhadap Adipati Carangsoka. Dan peperangan tidak dapat
dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten CarangsokaAdipati Paranggaruda, Yudhapati dan putera lelakinya gugur dalam palagan membela kehormatan dan
gengsinya. mempimpin prajurit Carangsoka, mengalami luka parah dan kemudian
wafat. Raden Kembangjaya (adik kandung Raden Sukmayana) meneruskan peperangan.
Dengan dibantu oleh Dalang Sapanyana, dan yang menggunakan kedua pusaka itu
dapat menghancurkan prajurit Paranggaruda.
Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden Kembangjaya dikawinkan dengan Rara Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedang dalang
Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama ” Singasari“
Kadipaten
Pesantenan
Untuk mengatur pemerintahan yang semakin luas
wilayahnya ke bagian selatan, Adipati Raden KembangjayaKadipaten
Pesantenan dengan gelar ” Adipati Jayakusuma di Pesantenan. memindahkan
pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri dengan mengganti nama “Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu ” Raden Tambra “. Setelah
ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat
menjadi Adipati Pesantenan, dengan gelar ” Adipati Tambranegara “. Dalam
menjalankan tugas pemerintahan Adipati Tambranegara bertindak arif dan bijaksana. Menjadi songsong agung yang sangat
memperhatikan nasib rakyatnya, serta menjadi pengayom bagi hamba sahayanya.
Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan, kedamaian, ketenangan dan
kesejahteraannya semakin meningkat.
Kabupaten Pati
Untuk dapat mengembangkan pembangunan dan memajukan
pemerintahan di wilayahnya Adipati Raden Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada di
desa Kemiri menuju ke arah barat yaitu, di desa Kaborongan, dan mengganti nama
Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati.
Dalam prasasti Tuhannaru, yang diketemukan di desa
Sidateka, wilayah Kabupaten Majakerta yang tersimpan di musium Trowulan.
Prasasti itu terdapat pada delapan Lempengan Baja, dan bertuliskan huruf Jawa
kuna. Pada lempengan yang keempat antara lain berbunyi bahwa : ….. Raja Majapahit,
Raden Jayanegara menambah gelarnya dengan ABHISEKA WIRALANDA GOPALA pada
tanggal 13 Desember 1323 M. Dengan patihnya yang setia dan berani bernama DYAH
MALAYUDA dengan gelar RAKAI, Pada saat pengumuman itu bersamaan dengan
pisuwanan agung yang dihadiri dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian
Timur termasuk Raden Tambranegara berada di dalamnya.
Pati Bagian
dari Majapahit
Raja Jayanegara dari Majapahit mengakui wilayah kekuasaan para Adipati itu dengan memberi status sebagai
tanah predikan, dengan syarat bahwa para Adipati itu setiap tahun harus
menyerahkan Upeti berupa bunga.
Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam pisuwanan agung di Majapahit itu terdapat juga dalam Kitab Babad Pati, yang disusun oleh K.M.
Sosrosumarto dan S.Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula pada :
12 yang lengkapnya berbunyi : ….. Tan alami pajajaran kendhih, keratonnya
ing tanah Jawa angalih Majapahite, ingkang jumeneng ratu, Brawijaya ingkang
kapih kalih, ya Jaka Pekik wasta, putra Jaka Suruh, Kyai Ageng Pathi nama, Raden Tambranegara sumewa maring Keraton Majalengka.
Artinya Tidak lama kemudian Kerajaan Pajajaran kalah,
Kerajaan Tanah Jawa lalu pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya II, yaitu Jaka
Pekik namanya, putranya Jaka Suruh. Pada waktu
itu Kyai Ageng Pati, yang bernama Tambranegara menghadap ke
Majalengka, yaitu Majapahit.
Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa Raden Tambranegara Adipati Pati turut serta
hadir dalam pisowanan agung di Majapahit.
Pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan bahwa
pindahnya Kadipaten
Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi
Kabupaten Pati itu pada bulan Juli dan Agustus 1323 M (Masehi). Ada tiga
tanggal yang baik pada bulan Juli dan Agustus 1323 yaitu : 3 Juli, 7
Agustus dan 14 Agustus 1323.
Hari Jadi Pati
Kemudian diadakan seminar pada tanggal 28 September
1993 di Pendopo Kabupaten Pati yang dihadiri oleh para perwakilan
lapisan masyarakat Kabupaten Pati, para guru sejarah SLTA se Kabupaten
Pati, Konsultan, Dosen Fakultas Sastra dan Sejarah UNDIP Semarang, secara
musyawarah dan sepakat memutuskan bahwa pada tanggal 7 Agustus 1323 sebagai
hari kepindahan Kadipaten
Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa Kaborongan menjadi Kabupaten
Pati.
Tanggai 7 Agustus 1323 sebagai HARI JADI KABUPATEN PATI telah
ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor : 2/1994 tanggal 31
Mei 1994, sehingga menjadi momentum HARI JADI KABUPATEN PATI dengan surya
sengkala ” KRIDANE PANEMBAH GEBYARING BUMI ” yang bermakna ” Dengan bekerja
keras dan penuh do’a kita gali Bumi Pati untuk meningkatkan kesejahteraan
lahiriah dan batiniah “. Untuk itu maka setiap tanggal 7 Agustus 1323 yang
ditetapkan dan diperingati sebagai ” HARI JADI KABUPATEN PATI “.
Geografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran
rendah. Bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten
Blora) terdapat rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian barat laut (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten
Jepara) berupa perbukitan. Sungai terbesar adalah Kali Juwana, yang bermuara
di daerah Juwana.
Ibukota Kabupaten Pati terletak tengah-tengah wilayah
Kabupaten, berada di jalur pantura Semarang-Surabaya, sekitar 75 km sebelah timur Semarang. Jalur ini
merupakan jalur ramai yang menunjukkan diri sebagai jalur transit. Kelemahan
terbesar dari jalur ini adalah kecilnya jalan, hanya memuat dua jalur, sehingga
untuk berpapasan cukup sulit.
Terdapat sungai besar yaitu sungai Ngantru. Saat musim
penghujan sudah terbiasa sungai ini meluap, sehingga pemerintah Jawa Tengah
membentuk lembaga yang berfungsi menanggulangi banjir yang bernama
Jatrunseluna.
Pembagian
administratif
Kabupaten Pati terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 400 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pati.
Kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan
adalah Juwana dan Tayu, keduanya merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir Laut Jawa, juga Kecamatan Winong.
Slogan: Pati Bumi Mina Tani.
Diharapkan Pati menjadi daerah sentra perikanan dan
pertanian di Indonesia.
Pariwisata
Salah satu obyek wisata sejarah di Pati adalah bekas Pintu Kerajaan Majapahit yang terletak di kota Pati, konon pintu ini dibawa oleh Kebo Anabang atas
perintah Sunan Muria. Juwana merupakan kota pelabuhan dimana terdapat kerajinan kuningan. Obyek wisata
lain diantaranya adalah Waduk Gunung Rowo, yang terletak di bagian utara.
Di daerah Margorejo terdapat mata air yang cukup
besar, yang digunakan untuk kolam renang. Nama tempat tersebut adalah Banyu Urip.
Di sekitarnya terdapat perkebunan jambu monyet (mete).
Di daerah Gunung Muria, yaitu di daerah Gembong,
terdapat waduk yang diberi nama Selo Romo. Waduk ini termasuk berukuran
kecil, jika musim kemarau, pasti akan dangkal. Di sekitar waduk sering dipakai
sebagai area perkemahan.
Agrowisata
Potensi
|
Lokasi
|
Keanekaragaman
panorama dan tumbuhan hortikultura, tanaman perkebunan, dan tanaman pangan.
|
Di sepanjang
lereng Gunung Muria bagian timur yang terletak di Kecamatan Tlogowungu,
Kecamatan Gembong, Kecamatan Gunungwungkal, dan Kecamatan Cluwak.
|
Wisata Air
Potensi
|
Lokasi
|
Perairan
budidaya ikan air tawar (tambak) seluas 185 Ha.
|
Desa Talun.
|
Gua Pancur
Keterangan
|
Lokasi
|
Fasilitas
|
Gua sepanjang
± 736 m dengan stalaktit dan stalaknit yang sangat indah.
|
Desa
Jimbaran, Kecamatan Kayrn.
|
Kolam
pancing, rumah makan apung, wana wisata hutan jati, jalan beraspal.
|
Gunung Rowo
Indah
Keterangan
|
Potensi
|
Fasilitas
|
Waduk dan
pemandangan alam.
|
Waduk seluas
320 Ha, di puncak bukit dapat menikmati pemandangan di Daerah Ngarai wilayah
Kabupaten Pati.
|
Taman
rekreasi terbuka, tempat parkir, jalan semua beraspal.
|
Air Terjun
Grenjengan Sewu
Keterangan
|
Potensi
|
Lokasi
|
Fasilitas
|
Air terjun
setinggi ± 75 m.
|
Air terjun
yang berada di tengah panorama alam yang indah, kondisi masih alami dan belum
digarap.
|
Desa Jrahi
Kecamatan Gunungwungkal, ketinggian 485 m di atas permukaan laut. Jarak dari
Kota Pati ± 27 Km.
|
Jalan
beraspal dan lapisan makadam sampai di Desa Jrahi.
|
Sendang Tirta
Marta Sani
- Objek Wisata : Kolam renang dan wisata spiritual
- Fasilitas : Paseban tempat mengheningkan diri mohon pada Sang Pencipta
- Padusan : Sumber air yang berasal dari sendang, konon menurut cerita, sumber air tersebut merupakan tempat air wudhu Sunan Kalijaga, tetapi “disisani” (bahasa Jawa) oleh pengawalnya. Pengawalnya kemudian disabda menjadi seekor bulus oleh Sunan Kalijaga.
Di kompleks tersebut juga terdapat makam Adipati
Pragolo (Bupati Pati pada zaman Kerajaan Mataram)
Pendopo: sarana pentas kesenian khas Pati Areal parkir
dan jalan beraspal, jarak ± 4 Km dari Kota Pati.
Pintu Gerbang
Majapahit
- Objek Wisata : Situs peninggalan Gerbang Majapahit
- Peninggalan sejarah berupa Pintu Gerbang terbuat dari kayu jati. Pintu gerbang ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diangkat oleh Kebo Nyabrang sebagai persyaratan untuk diakui sebagai Putra Sunan Muria. Namun setelah tiba di Desa Rondole, Kebo Nyabrang tidak mampu lagi mengangkat dan tidak mampu melanjutkan perjalanan kemudian menunggui pintu gerbang tersebut sampai meninggal dunia.
- Terletak di Desa Rendole, Kecamatan Margorejo, jarak dari kota Pati 4 Km.
- Berdekatan dengan obyek wisata Sendang Tirta Sani.
Makam Mbah
Tabek Merto
- Obyek wisata : Kompleks makam kuno terletak di Dukuh Domasan, Desa Prawoto Kecamatan Sukolilo.
- Makam ini diperkirakan telah ada sejak abad ke XVI pada masa awal penyebaran agama Islam di Indonesia.
- Ditinjau dari bentuk makam, bentuk nisan dan letak pemakaman, maka makam kuno ini dapat disejajarkan dengan usia makam yang ada di Demak pada masa Kerajaan islam di Demak.
- Berdasarkan namanya, Tabek berasal dari bahasa Arab dari kata tabi’a yang berarti yang mengikuti atau pengikut. Yang dimaksud pengikut di sini adalah pengikut para penyebar agama islam pada masa itu, yaitu para wali atau wali songo.
- Kompleks pemakaman kuno saat ini banyak dikunjungi orang karena diyakini mempunyai hubungan dengan para wali.
Makam Saridin /
Syeh Jangkung
- Objek Wisata : Makam Saridin atau terkenal dengan nama Syeh Jangkung konon merupakan salah seorang murid Sunan Kalijaga (Wali Songo).
- Makam tersebut terletak di Desa Landoh, Kecamatan Kayen.
- Jarak dari kota Pati kira-kira 17 Km kearah selatan menuju Kabupaten Grobogan.
- Makam ini banyak dikunjungi orang setiap hari Jum’at Kliwon dan Jum’at Legi.
- Upacara khol dilaksanakan setiap 1 tahun sekali yaitu pada bulan Rajab tanggal 14-15 dalam rangka penggantian kelambu makam.
Tokoh-tokoh
dari Pati
- Ismail Saleh
- Sukawi Sutarip
- Kwik Kian Gie
- Ribut Waidi
Rupa-rupa
- Makanan khas Pati adalah [[Nasi Gandhul]]
- Kota Pati dikenal dengan sebutan Kota Pensiunan, karena kotanya sebagian dihuni oleh para pesiunan atau purnawirawan yang lahir ato dibesarkan di kota ini, sedang para pemudanya memilih mencari kerja di tempat lain atau merantau ke luar negeri sebagai TKI/TKW, karena minimnya industri di kota ini.
- Saat ini (2006) terdapat dua pabrik kacang yang terkenal, yaitu: Dua Kelinci dan Garudafood
- Pabrik gula di Kecamatan Trangkil (PG Trangkil), Kecamatan Tayu (PG Pakis)
- Dahulu terdapat kerupuk yang menggunakan bahan baku dari tanah disebut kerupuk Ampo
- Krupuk daging juga merupakan salah satu makanan khasnya
- Usaha penggemukan Sapi menjadi usaha yang mulai dilirik oleh sebagian warga Pati. Bahkan bukan hanya para petani saja yang menggelutinya.
- Usaha susu sapi dapat ditemukan di Dusun Jagan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo
Posted on Juni 16, 2008 by panjitapen http://panjitapen.wordpress.com
Langganan:
Postingan (Atom)